Rabu, 26 Januari 2011

my first short story

Kalo Cinta Jangan Gengsi dan Harus Fear

Pluk!!!!
          Sebuah bola kertas mendarat tepat di kepala Gigi. Gigi celingukan mencari siapa orang rese yang melempar bola kertas ini saat pelajaran Pak Asep yang kiler. Setelah mencari – cari orang yang melempar kertas itu ketemu juga. Sang pelempar kertas adalah Vino, pacarnya sendiri. Vino menyuruh Gigi untuk membaca pesan yang ada dalam kertas itu.

          Gi, aq tunggu kamu jam 3 sore di kafe yang biasa ya? Aq ga bisa nganter kamu pulang, soalnya ada latihan basket. Sorry, I love you…

                                                                                      Vino

           Setelah Gigi membaca pesan dalam kertas itu, dia langsung menoleh ke kanan kearah Vino dan mengacungkan jempolnya tanda setuju. Tiba – tiba saat dia menoleh kembali melihat ke depan, gurunya Pak Asep yang kiler na’ uju bileh itu sudah berdiri tepat disebelah tempat duduknya.
          “Kenapa kamu mengacungkan jempol pada Vino?” tanya Pak Asep.
          “Tidak, pak.”
          “Vino tadi kenapa Gigi mengacungkan jempol pada kamu?” Pak Asep beralih kepada Vino.
          “Tadi saya tanya ke dia, ‘apa sudah mengerjakan tugas dari bapak?’” jawab Vino.
          “Benar begitu, Gi?” Gigi yang ditanya malah panik sendiri.
          “Iya, pak.”
          “Ya sudah… Lalu kertas apa itu?” tanya Pak Asep saat melihat bola kertas yang tadi dilempar oleh Vino yang berisi pesan darinya juga. Saat itu juga pak Asep mengambilnya dari tangan Gigi dan langsung membuka bola kertas itu dan  membacanya dengan keras. Seluruh murid dikelas itu tertawa, sedangkan Vino dan Gigi takut setengah mati.
          Begitu selesai membacanya Gigi dan Vino langsung disuruh keluar kelas. Mereka berdua dihukum tidak mengikuti sisa jam pelajaran Pak Asep. Saat mereka keluar kelas anak – anak menyoraki mereka berdua bukan karena kesal, tapi karena mereka berdua terbebas dari pak Asep.
          “Gi, maafin aku ya,” kata Vino saat berjalan ke perpus sekolah bersama Gigi.
          “Hemm…”
          “Kamu marah ya? Aku emang salah tadi,” kata Vino lagi. Sebenarnya dia tidak marah hanya agak sebal saja pada pacarnya itu. Vino yang dikacangin berusaha menyeimbangkan jalannya dengan jalan Gigi. Dia mencoba untuk menggandeng tangan Gigi.
          “Apa sih? Dari tadi narik - narik tanganku mulu,” kata Gigi akhirnya.
          “Kamu jangan marah ya sama aku,” kata Vino lagi.
          “Iya, aku ga marah, tapi aku minta lain kali jangan pernah ngirim pesan kayak tadi lagi ya. Kan kamu bisa ngomong pas nanti kita pulang,” jelas Gigi
          “Iya, janji lain kali enggak lagi deh,” kata Vino sambil menggandeng tangan Gigi dan pergi kearah perpus.
******
          Gigi adalah siswi kelas XI SMA 14 Bekasi. Dia adalah cewek cantik dan pintar dalam segala bidang. Gigi juga adalah seorang bendahara OSIS. Gadis cantik ini banyak disukai olah murid – murid cowok disekolah. Sayangnya, mereka harus merelakan Gigi untuk Vino. Vino sendiri sudah berpacaran dengan Gigi hampir 1½ tahun. Vino adalah seorang kapten tim basket dan Ketua OSIS. Mereka berdua saling suka semenjak mereka menjadi anggota OSIS dan mereka juga adalah pasangan yang paling cocok.
          Hampir 15 menit Gigi menunggu Vino dikafe mereka biasa ngumpul saat Vino pulang main basket disekolah karena kafe itu posisinya ada disebelah gedung
sekolah. Gigi sudah mulai bosan setelah menunggu Vino selama 1 jam. Sebenarnya dia bisa saja ke sekolah ketemu Vino, tapi itu tidak mungkin dilakukannya karena pelatih tim basket sangat tidak suka ada penggangu saat anak didiknya latihan.
          Ketika sedang membuka hpnya, Gigi mendengar suara cewek baru saja masuk kedalam kafe. Dua orang cewek dan mereka memasuki kafe itu dengan tawa – tawa renyah.
          “Gila! Si Gina punya cowok cakep banget mana kapten basket lagi,” kata salah satu dari mereka.
          “Tau. Anak sekolah sebelah katanya sih. Lo inget namanya enggak?” tanya teman cewek itu.
          “Kalo enggak salah sih namanya Vino anak SMA 14,” suara cewek itu terdengar oleh Gigi. Gigi bingung apakah yang dia maksud pacarnya atau bukan. Dia berusaha terus mendengarkan pembicaraan kedua cewek tadi, tetapi mereka duduk terlalu jauh dari tempat Gigi.
          Setelah berusah menyakinkan diri untuk menanyakan pada dua cewek tadi yang mereka maksud pacarnya atau bukan, Gigi mendatangi mereka. “ Sory, tadi gw denger kalian lagi ngomongin soal Vino anak SMA 14. Apa yang lo berdua maksud Cowok yang ada dalam foto ini?” tanya Gigi pada mereka.
          “Iya, mang ada apa lo nanya cowok ini? Lo kenal?” tanya balik salah satu dari mereka.
          “Iya, dia sahabat gw. Thanks ya.” Gigi berjalan keluar kafe lalu ke arah sekolah. Hatinya sakit dan hancur saat mendengar pacarnya memiliki cewek lain. Tanpa memikirkan kalau pelatih tim basket, pak Mucthar akan marah – marah padanya, Gigi terus dengan mantap dan hati sakit ke lapangan sekolah.
          Saat sampai di lapangan sekolah, ternyata lapangan itu kosong tanpa ada murid yang sedang latihan. Dia melihat kearah ruang basket tapi tak ada orang disana. Dia hanya melihat anak – anak PMR sedang latihan. Setelah bertanya pada salah satu temannya yang anak PMR, ternyata hari ini anak basket tidak ada yang latihan.
          Gigi berjalan ke arah pintu gerbang dengan hati sedih dan mata yang mulai sembab karena menahan tangis. Saat melewati ruang band, dia mendengar suara cowok dan cewek sedang bercanda – canda. Setelah mendengar dengan jelas suara itu, Gigi yakin kalau itu suara Vino, pacarnya. Dia mendatangi ruang band itu dan benar saja. Dia melihat seorang cewek sedang duduk disebelah Vino sambil menyandarkan kepalanya di bahu Vino.
          Seketika itu juga dia menjatuhkan helm yang biasa dia bawa jika akan berpergi dengan Vino. Sang cewek kaget saat mendenger suara helm yang jatuh dan langsung memeluk Vino. Vino yang juga kaget dan melihat kearah pintu ruang band dengan si cewek masih dalam pelukannya.
          Gigi yang melihat kejadiaan itu segera meninggalkan ruangan itu dan berjalan dengan tenang tetapi cepat ke arah pintu gerbang untuk pulang. Saat sadar bahwa yang berdiri didepan ruangan itu dan yang menjatuhkan helm putih itu adalah ceweknya, Gigi. Vino langsung melepas pelukan Si cewek lalu mengejar Gigi. Si cewek tadi langsung bangkit dan berusha mengejar Vino.
          “Gi, tunggu!!!” teriak Vino saat mengejar Gigi tapi yang dikejar tak menjawab juga tak menunggunya. Vino berusaha terus menyejajarkan langkahnya dengan Gigi dan akhirnya dia berhasil mendahuluinya dan menghadangnya  didepan.
          “Gi, tunggu dulu. Aku bisa jelasin ke kamu…”
          “Apa yang perlu kamu jelasin?” tanya Gigi sambil menahan sakit didadanya.
          “Aku bisa jelasin tentang kejadian tadi…”
          “Kejadian apa? Ohh, kejadiaan yang tadi. Tadi gw hanya lihat seorang cowok brengsek dengan ceweknya sedang pacaran. Jadi ada masalah? Terus apa ada yang perlu dijelasin?” potong Gigi.
          “Gi, aku enggak ada apa – apa sama cewek itu. Aku enggak pacaran sama dia. Aku pacarannya sama kamu. Kamu!! Gigi!!” jelas Vino.
          “Oya?! Emang kita pacaran ya? Kayaknya enggak deh. Sekarang gw bukan pacar lo!! Udah sana minggir!!! Kasian tuh cewek ngejar – ngejar lo!!” bentak Gigi dan melanjutkan jalannya lagi dengan langkah dengan tenang tapi cepat. Setelah berjalan sekitar 15 meter, Gigi membalikan badan dan berkata “Selamat ya!! Semoga LANGGENG dan JANGAN SELINGKUH!!” dengan penekanan pada kata langgeng dan jangan selingkuh.
******
Kata – kata tajam yang terucap dari mulut Gigi sangat menusuk hati Vino. Setelah Gigi mengucapkan kata ‘Selamat ya!! Semoga LANGGENG dan JANGAN SELINGKUH!!’ Vino langsung berlari ke tempat parkiran dan mengikuti Gigi dari belakang yang pulang dengan menggunakan taksi. Vino tau dia salah tapi dia benar – benar sayang pada Gigi dan dia ingin Gigi selamat sampai rumahnya dan mengantar cewek itu. Dia sendiri juga binggung kenapa dia melakukan hal bodoh itu. Padahal kurang apa Gigi untuk dirinya. Gigi cantik, baik, sayang sama dia, perhatian, dan dia sangat pengertian. Vino merasa bahwa dirinya telah dibenci oleh Gigi.
          Saat sampai dirumahnya, Gigi langsung masuk kamar dan mengunci diri didalam kamar. Gigi sakti hati dan dia juga patah hati. Dia berpikir kurang apa dia untuk Vino. Apa yang membuat Vino selingkuh darinya? Dan hal – hal lain. Dia membenamkan wajahnya dibantal dan menangis selama semalaman dan tanpa makan malam. Dia terus dibayangi kejadian tadi sore.
          Keesokan harinya mereka saling diam seperti orang tak kenal. Setiap mereka bertemu pandang pasti Gigi membuang muka, setiap Vino mengajaknya bicara selalu menghindar, Gigi tak mau satu kelompok, tugas OSIS saling tak sama, dan sama sekali tidak mau bicara. Vino bukannya tidak mau, tapi dia merasa bersalah dan mengganggap Gigi sudah sangat membencinya. Sedangkan Gigi, sebenarnya dia masih sayang dan kadang dia kangen dengan Vino, tapi dia benci sekali dengan Vino bila dia mengingat kejadian diruang band.
          Bagi Gigi, Vino adalah seseorang yang brengsek dan bajingan dan Gigi bagi Vino adalah seseorang yang tak pantas mendapatkan perlakuan seperti itu olehnya. Rasa bersalah Vino pada Gigi dan rasa benci Gigi pada Vino adalah suatu hal yang membuat suasana seperti ini. Vino sudah berusaha berkali – kali untuk bisa bicara dan minta maaf pada Gigi. Terakhir kalinya dia mencoba tapi gagal total dengan menggunakan surat yang isinya.
         
          Dear Gigi
         
          Gi, ini aku Vino. Gi, aku minta maaf atas kejadian yang waktu itu. Jujur aku juga bingung kenapa aku melakukan hal ini sama kamu. Aku tau aku salah besar, tapi bisa enggak kamu memaafkan aku. Aku enggak akan minta kita balikan, tapi paling enggak kita berteman. Aku juga enggak mau teman – teman mengira kita musuhan. Guru – guru juga menanyakan akan kerja kita tentang pengurusan OSIS.
          Sekali lagi aku hanya mau kamu memaafkan aku.

                                                                                                Forgive me
                                                                                                     Vino

          Setelah menerima surat itu Gigi hanya datang ke rumah Vino untuk mengembalikan surat dan barang – barang yang pernah Vino kasih padanya dan hanya mengucapkan “Thanks” lalu ia pergi. Masalah Gigi dan Vino membuat tata kerja OSIS kacau. Guru – guru memberikan peringatan padanya. Pelatih basketnya  juga begitu, sama halnya dengan para sahabat dan teman – teman mereka berdua.
******
          4 bulan berlalu semenjak kejadian diruang band itu. Bulan ini Gigi Ujian Negara untuk kelulusannya. Berbagai macam les dia lakukan dan juga jadwal penuh belajar dan belajar. Gigi lupa bahwa setelah ini mereka semua akan mengadakan malam perpisahan di Bandung dan acaranya prom nite.
          Minggu ujian umum sudah selesai dan sekarang Gigi sedang berjalan – jalan di mal bersama sahabatnya tercinta Via untuk mencari gaun yang akan dikenakan untuk malam prom nite. Dari toko ke toko dia mencari – cari gaun yang cocok untuknya. Via sampai capek sendiri melihat temannya bingung mencari gaun, dari model sackdress, model yang feminim banget, sampai yang agak sporty. Dari yang warnanya kalem sampai norak banget. Dari yang seksi sampai yang tertutup semua.
          “Gi, sumpah gw capek banget ngeliat lo nyari gaun enggak ketemu – ketemu. Mending kita pulang gw dah capek dan gw mau pergi bareng nyokap gw. Besok gw temenin deh lo nyari baju lagi. Kita pulang yuk?” kata Via yang memang harus pergi sekarang juga karena mereka sudah muterin mal selama tiga jam.
          “Ya udah deh. Besok temenin gw lagi, loh. Janji?” kata Gigi.
          “Janji.”
******
          Gigi sedang nonton tv saat suara bel rumahnya berbunyi tanda adanya tamu atau mamanya pulang. Saat ia membuka pintu, dia tidak menemukan seorang pun berada didepan pintunya. Gigi celingukan ke kiri dan kanan mencari siapa yang menekan bel rumah. Saat hendak menutup pintu dia melihat sebuah kotak yang lumayan besar berwarna merah dengan pita pink yang mengikat. Tidak hanya itu diatas kotak itu juga ada sekuntum mawar berwarna putih.
          Gigi mengambil kotak itu dan menutup pintu, lalu beranjak ke kamarnya. Dia bingung dengan apa isi dari kotak itu. Tanpa pikir panjang didalam kamarnya ia membuka kotak itu dan menemukan sebuah sackdress minimalis berwarna putih. Dia berjalan ke arah kaca besar disudut kamarnya dan menempelkan gaun itu di tubuhnya. Berputar – putar dengan senyum mengembang diwajahnya.
          “Siapa ya yang ngirim gaun ini?” tanya Gigi bingung.
          “Tau ah!! Yang penting sekarang gw dapet gaun yang bagus banget buat  malam prom nite nanti,” kata Gigi menghiraukan siapa yang mengirim gaun itu.
******
          Gigi sedang berdandan dikamar hotel untuk ke pesta prom nite. Dia berdandan super cantik. Saat memasuki ball room hotel tempat pesta berlangsung, semua mata memandangnya. Pandangan kagum dan juga pandangan iri dari beberapa orang. Gigi melihat Vino sedang ngobrol dengan Via. Dia mencoba santai dan menghampiri Via.
          Saat sampai Gigi hanya mengucapkan “hai” pada Vino lalu mengajak Via ketempat lain. Vino sadar bahwa dia enggak bakal bisa jadi teman apalagi pacar bagi Gigi. Gigi tau dalam hatinya dia menjerit ingin ngobrol banyak sama Vino, tetapi rasa bencinya dan gengsinya  membuat ia meninggalkan Vino.
          Semua orang tau kalau putusnya mereka dikarenakan sesuatu. Beberapa teman mereka merencanakan satu cara agar mereka kembali jadian tepat saat malam prom nite ini.
          Acara dimulai dan acara pertamanya adalah dansa bagi seluruh siswa. Beberapa pasang siswa mulai menuju ketengah ruang dan mulai berdansa. Gigi hanya berdiri didekat meja minuman. Dia memerhatikan seluruh orang di tengah ruangan itu. Ia melihat Via sedang berdansa dengan salah satu anak eskul basket. Dia melihat seluruh siswa yang berdansa. Dia ingin, tapi dengan siapa???
          Disudut ruangan Vino sedang memerhatikan Gigi yang sedang sendiri. Vino ingin sekali mengajak Gigi berdansa. Sayangnya, itu nggak mungkin. Vino didatangin oleh Rafy sahabatnya. Ternyata Rafy baru saja datang, Rafy membisikan cara agar Vino dapat berdansa dengan Gigi.
          Rafy mendatangi Gigi, lalu mengajaknya berdansa ditengah ruangan. Ditengah – tengah mereka berdansa, tiba – tiba lampu mati. Semua anak histeris. Gigi yang takut akan gelap, membuatnya panik dia mencoba meraba – raba dimana Rafy.
Gigi merasakan sebuah tangan yang hangat dan lembut menggenggamnya, membuat ia tenang dan aman. Gigi merasakan ia tau siapa orang ini. Kayak gw kenal tangan ini tangan siapa??  Batin Gigi. Gigi terus ditarik ke pinggir ruangan tapi tidak terus berhenti. Dia lalu di tutup matanya oleh seseorang dan dibawa pergi menjauhi keributan tadi.
Gigi bingung karena dia mulai merasakan hal yang aneh saat dia dimasukan kedalam mobil dan dia merasakan mobil itu mulai berjalan. Dengan tangan terikat dan mata tertutup dia mencoba mencari tau siapa yang membawa mobil ini. Dia berusaha dengan keras agar bisa membuka ikatan tangannya dan juga penutup matanya, sayang usahanya gagal.
“Lo siapa??? Gw mau dibawa kemana??” tanya Gigi yang ditanya hanya diam saja.
Mobil berhenti setelah hampir dua jam perjalanan. Gigi dibawa turun dari mobil dan penutup matanya dibuka. Dengan pandangan lumayan kabur karena ditutup matanya dia mulai mencari siapa yang membawanya. Dia melihat sekeliling dan tak mendapatkan seorang pun disana. Dia melihat dimana posisi dia sekarang. Ternyata dia berada disebuah bukit dengan pemandangan malam kota Bandung yang indah.
“Jangan bengong!! Nanti kesambet loh!!!” kata seorang cowok yang membuat Gigi kagetnya bukan main. Saat melihat siapa cowok itu malah dia tambah kaget. Cowok itu adalah Vino, mantan pacarnya yang sangat ingin dia ajak bicara.
“L-lo?? Jadi lo yang bawa gw?? Kenapa??” tanya Gigi bingung sekaligus kaget.
“Iya. Sebelumnya sory karena gw bawa paksa lo kesini. Gw tau lo sama sekali enggak mau ngomong sama gw dan lo udah benci banget ma gw. Tapi gw bawa kesini hanya untuk jelasin masalah kita aja,” jelas Vino.
“Masalah?? Jelasin??? Buat apa lo jelasin masalah itu?? Udah ga penting tau!!!! Lo itu hanya masa lalu gw dan gw memang benci banget ma lo!!” kata Gigi kesal.
“Gi, sorry. Gw enggak pernah ngelakuin kayak gitu selama kita pacaran. Gw sayang sama lo. Yang lo liat itu ga semuanya benar dan lo itu hanya salah paham,” jelas Vino.
“Ga semuanya benar?? Trus apa yang salah??? Lo ketauan selingkuh?? Lo bilang gw salah paham??? Salah paham gimana gw liat lo peluk cewek itu dengan mata kepala gw sendiri bukan dari mulut orang lain!!” kata Gigi kesal.
“Emang waktu itu cewek itu meluk gw tapi itu karena dia kaget pas lo jatuhin helm.”
“enggak hanya itu. Sebelumnya ada dua orang temen dari cewek itu yang ngomong kalo cewek itu pacaran sama lo. Udahlah ngaku aja!!” kata Gigi makin kesal.
“Gi, yang lo maksud dua cewek ini??” kata Rafy keluar dari dalam mobil dengan dua orang cewek seumuran mereka. Gigi kaget kenapa kedua cewek itu bisa ada disini juga.
“Dua cewek ini adalah salah satu murid sekolah kita. Dua cewek ini adalah suruhan cewek yang namanya Gina,” kata Rafy menjelaskan.
“Terus Gina itu siapa?” tanya Gigi pada Rafy. Dia bingung sebenarnya ada apa.
“Gina adalah anak kelas X yang naksir gila sama Vino. Dia berusaha buat lo putus sama Vino,” kata Via.
“Via?? Lo juga disini?? Kok lo tau?? Terus kalo lo udah tau kenapa lo enggak kasih tau gw??” tanya Gigi beralih ke Via.
“Lo inget gw udah berulang kali ngomong sama lo, tapi lo selalu menghindar kalo gw udah ngebahas Vino,” kata Via.
“Ini dia cewek yang lo liat diruang band bareng Vino,” kata Rafy. Dia menarik keluar cewek yang bernama Gina itu dari dalam mobilnya. Benar itu cewek yang ia lihat diruang band bersama Vino saat itu.
“Cepet lo jelasin ke dia!!” bentak Rafy pada cewek yang bernama Gina itu.
“M-maaf kak. Gw sebenernya enggak ada apa – apa sama Vino. Gw emang udah suka banget sama Vino. Gw sayang sama dia. Gw mau dia jadi cowok gw, tapi lo...” cewek bernama Gina itu mendekati Gigi. Mereka saling berdiri saling berhadapan.
“Lo rebut dia dari sisi gw. Saat lo liat dia diruang band semua itu adalah ulah gw. Gw yang nyuruh mereka berdua kekafe dan ngomong tentang cowok lo dan gw. Gw yang nyuruh anak PMR buat bilang kalo anak basket enggak latihan hari itu. Pas lo liat gw lagi pelukan sama Vino itu karena gw kaget ada lo dan gw sengaja biar lo putus dari dia dan lo pasti inget waktu lo mau jatuh di bukit waktu itu dan juga saat lo kekunci di ruang OSIS,” jelas cewek itu. Vino marah, sangat marah mendengar cerita cewek itu.
“Kasian banget ya lo,” kata Gigi. PLAKKK!!! Sebuah tamparan dari cewek itu mendarat di pipi kiri mulus Gigi. Vino marah dan langsung membalas cewek itu dengan tamparan. Gigi terjatuh dan menahan sakit di pipi kirinya. Bibirnya robek dan berdarah. Gigi melihat Vino akan menampar cewek itu untuk kedua kalinya tapi Gigi melindungi cewek itu. Tamparan Vino hampir saja mendarat di pipi sebelah kanan Gigi, untung saja Vino dapat menahan gerakan tangannya itu.
“Gi, ngapain kamu ngelindungin dia?? Dia udah buat kamu celaka dan ngerusak hubungan kita!!” kata Vino.
“Vin, coba kamu diposisi dia. Aku enggak marah sama dia. Karena aku tau dia ini sebenarnya baik dan dia kayak gitu agar dia dapet perhatian dari kamu,” jelas Gigi.
“Gin, Aku enggak marah sama kamu. Aku tau kamu baik, tapi cobalah relakan orang yang kamu sayang bersama orang lain yang dia sayang,” kata Gigi pada Gina.
“Kak, kenapa kakak masih baik sama aku?? Aku udah jahat sama kakak,” kata cewek itu.
“Karena aku juga cewek,” kata Gigi.
“Vin, maaf aku enggak percaya sama kamu, maaf karena selama ini aku ketus sama kamu, maaf karena selama ini aku enggak jujur kalo aku enggak mau kita putus,” kata Gigi.
“Enggak papa kok Gigi. Aku juga salah. Jadi, kita pacaran lagi??” tanya Vino.
“Kalo Gina setuju dan aku sama dia enggak musuhan. Gimana??” tanya Gigi.
“Setuju!!!” kata Gina.
“Maka dari itu kalo cinta jangan gengsi dan harus fear!!!” kata Via.
“Mendingan kita balik ke hotel soalnya dua cewek yang pake sackdress ini udah mulai kedingan,” ajak Rafy. Vino melepaskan jasnya dan memakaikan pada Gigi.
“Makasih ya buat gaunnya,” bisik Gigi sambil mencium pipi Vino.
“Loh?! Kok tau?” tanya Vino kaget.
“Kan cuma kamu yang mau aku pake sackdress putih di prom nite,” kata Gigi.
“Kalo gitu hadiahnya lagi dong….,” kata Vino sambil menunjuk pipinya.
“Woo… maunya!!! Udah ayo cepet!!! Rafy buruan tembak Via tuh… Via kan suka banget ma lo!!! Via ayo dong jangan gengsi!!!” teriak Gigi.
“Gigi!!!!!!” teriak Via.
Tidak hanya Gigi dan Vino yang balikan tapi Via dan Rafy pun pacaran. Kalau cinta jangan gengsi dan harus fear.
******

1 komentar: